SEPERRTI APA YANG KAU BAYANGKAN, HANYA AKU DAN DIA YANG TAU BAGAI MANA SEBENARNYA BATAS ANTARA AKU

31 Oktober 2011

titik awal atau akhir ??

Waktu hampir menunjukan pukul satu malam. Mata belum bisa juga terpejam, dingin mulai menyerang tubuhku,  kulekatkan selimut tupis padah tubuh ku, dan ku dendangkan lirik ringan tentang  kisahku masa kecil. Entah aku tak ingat lagi liriknya, dan nyayian itu tentang sebuah kenangan yang tak pernah ingin ku lupakan, kisah hidupku yang sebenarnya adalah sebuah tantangan berat sebagai anak yatim piyatu...
Kulirik jam pada dinding kamarku Hampir jam tiga pagi, semakin larut dan menjelang pagi hari, tapi mataku semkin terang benderang, tak ada rasa kantukpun yang nedera.kualihkan pandanganku pada Ibu dan adikku yang terlelap di smpingku, wajah mereka begitu teduh, dan menentramkan jiwaku. Semua yang kami lalui, kami hadapi besama- sama dengan rasa bersyukur. Walau tak tampak pada raut wajah mereka. aku tahu, mereka merasakan apa yang sebenarnya aku rasakan. Telah banyak kita lalui, ada bayak derai air mata, ada banyak cobaan yang, yang mungkin tak pernah di rasakan orang lain. Sampai  akhirnya  aku tersenyum melihat adikku mengigau tentang bendera usang yang di simpan ibuku di dalam lemari, yang akan di bakarnya katanya, jika kami tetap terus begini. Dan itu membuatku teringat tentang apa yang dikatanya siang ini. sesampai kami di rumah dari sekolah, adik ku di minta membeli bahahan- bahan kue yang akan kami titipkan di kantin sekolah besok,setelah berganti pakaian adik dan menyantap menu kami siang ini yang  sederhana, adik ku rita beregegas menuju pasar yang tak terlalu jauh dari rumah, dan sepulang dari pasar ia langsung menujukan muka kecutnya yang sangat jarang ia perlihatkan. Karna rita adalah anak yang sangat periang, semua masalah yang di hadapi di sekolah atau pun di rumah selalu berakhir dengan bahagia, walau harus kekecewan yang akan di dapatkanya, ya rita bukanlah anak egois yang selalu menang sendiri, banyak pertimbangan yang di ambil ketika ia akan mengambil keputusan. dengan rasa penasaran, aku dan ibuku saling menatap, seperti ada tanda tanya besar yang muncul di atas kepala kami. Sebenarnya kami tak mau tau kenapa. Karna rati mengocok telur dan adonan secara kasar akibatnya adonan menjadi muncrat  kemana- mana, bahkan sampai mengenai kepalanya. dengan cekatan ibuku mengambil baskom adonan, dan melirik rati. Kamu kenapa sih??.dan tanpa menunggu ibu menyelesaikan pertanyaannya, rati dengan semagat  bercerita kejadian yang baru saja dia alami, dengan sedikit emosi rati mulai bercerita tentang semakin mahalnya harga- harga barang pokok sekarang, ia sampai harus berdebat dengan para pedagang, dan sambil mempergakan apa yang terjadi, rati melototkan matanya menunjuk- nunjuk telur yang di belinya, dan ia mulai berteriak.harga telur telah naik dek, rati meniru kan dialog pedagang, loh kok bisa!!!, kemarin  aku lihat di tv gak ada kenaikan harga barang buk. Itu kan di tv, jawab pedagang sekenanya, dan reportenya pasti nanyanya ke pejabat yang koruptor sudah pasti semua barang jadi murah- murah aja bagi mereka. loh  ibu itu gimana seh, ibu gak pernah nonton tv ya, pak presiden pun mengatakan itu pada jumpa persnya, kok malah sekarang ibu berani menaikan harga telur.  wah jangan- jangan terigu, bekingsoda, mentega, fanili dan yang saya mau beli naik semua ya??.ibu ini sensi atau gimana seh sama saya, kemarin harganya gak  segini kok. Dengan mata terheran- heran kami  mendengar  dengan saksama cerita adik, dengan rasa penasaran aku bertanya tentang jawaban pedangang atas pertanyaan adik ku. Trus ibu yang dagang  jawab apa???. Adek ku mulai mengendorkan kemarahanya dan melanjutkan ceritanya. Ya ibu seh nyruh rati cari di tempat lain, kalau masih bisa dapat seharga kemarin. trus rati dapat, tanya ku lagi, dengan meringgis seperti ketakutan ia menjawab. Enggak kak!!!. Mendengar jawaba itu, aku dan ibuku tertawa terbahak- bahak, dan rati pun ikut tertawa, mungkin karna geli sendiri apa yang di lakukannya di pasar. Dan aku dapat  bayangkan kejadian yang baru di alaminya.  ibu pedagang pasti tertawa atau malah marah- marah melihat tingkah anak 5 SD yang sok tau ini.  Dengan rasa penasaran ia melanjutkan  dengan pertanyaan yang sedang perang di kepalanya, apa yang terjadi dengan negara kita ya???.  Aku dan ibuku terkaget- kaget dengan apa yang ia tanyakan, rati mulai mencoba mencari  jawaban ataspertanyaannya  sendiri.  mengapa harga telur bisa naik, sedangkan kemarin enggak. Minyak tanah semakin langkah dan harganya juga melambung jauh . padahal kata mereka negara kita yang. negara kaya, mengapa harga sebutir telur bisa naik harganya, dan minyak tanah buat memasak sehari- hari bisa langkah, bukan kan negara kita menghasilkan banyak minyak, dan peternak ayam di rumah bang rahmat di samping rumah kita juga banyak menghasilkan telur dan bahkan telur- telur itu bisa memenuhi kebutuhan kampung ini. Mengapa bisa begitu ya????, melihat ucapan rati, ibu mulai tertawa dan berkata, sudah lah janggan di pikirkan lagi, udah siang ni,  sana istirahat dulu, tapi buk, aku sampai harus berdebat dengan pedagang loh, gara- gara harga telur ini. Tunjuk rati pada kulit telur yang telah menjadi adonan. Iya ibu tauuu!!. ya bagai mana lagi to, orang pedagangnya bilang naik. gak buk!! pasti boong tu bu!!!. Timpal rati tegas. Loh, emang rati tau berapa modalnya satu telur??. Emmm gak tau seh. Jawab rati sambil cengegesan. Nah tau kan?!. Jangan nuduh orang yang enggak- enggak, ntar kalau pedangannya dengar, trus laporin rati ke polisi gimana?? Lo kok laporin ke polisi seh buk, ratih kan gak mencuri, rati cuma bilang harga telur gak naik, karan rati nonoton kok di tv harga bahan pokok di jamin tak akan naik.  Tapi tu di pasar kata pedagang naik semua!!!. Timpalku cuex, ya kakak ne gimana seh, kan kemarin kita nonton tvnya samaan, jadi kakak tau kan, kat presiden harga- harga itu gak naik. Ya, kakak nonton adikkkk!!, tapi di pasar kok  naik??.mana ku tau,, jawab adikku sambil meniru lagu india yang lagi buming di telivisi. Emmmm!!!, gini aja kak, bagai mana kalau kita bakar bendera yang ada di lemari, trus kita teriak- teriak di depan rumah bang rahmat, untuk memnurunkan harga telur, mendengar ide adik ku, kami tertawa terbahak- bahak sampai ibuku memegang perutnya karana keram, aku pun tak kala terbahaknya, sampai tertidur di lantai dapur, sementara adik ku menatap dengan aneh apa yang terjadi dengan ibu dan kakaknya.lohhhh!! kok pada tertawa seh. Kan aku liat di tv- tv banyak kok yang lakukan itu di depan rumah pejabat atau pasar- pasar, banyak yang bawa sepanduk, ada yang bakar- bakar bendera, kenapa kita gak lakukan yang sama agar telur ayam gak naik, trus kalau harga- harga naik, kita mau julan apa??, kita mau makan apa??, bagai mana mau bayar sekolah??, bagaiman kakak bisa masuk SMA, kan kita banyak butuh uang buk, mendengar itu kami terdiam, dan mulai terbawa ke laluratan kesedihan yang mulai di bumbuhi air mata adik ku, kami terdiam sesaat. Dan rati melanjutkan perkataanya, rati masih pingin sekolah buk, ratih juga gak mau kalau kakak harus berhenti sekolah seperti anak- anak yang lain yang ada di kampung ini, rati juga gak mau kalau kita kelaparan buk. Tanpa sadar air mata ku mulai mengalir dan kulihat ibu pun mulai menyembunyikan raut kesedihanya di usapnya air mata yang mulai menetes di sudut matanya, ibu memeluk aku dan rati, dan berkata  menyakinkan kami. Ibu juga gak mau kalian berhenti sekolah, ibu juga gak mau kalian kelaparan, pasti ada rizki bagi yang mau berusaha, walau pun sedikit dan itu hak kita,bersyukur lah, dah jangan pernah kita mengambil hak orang lain. Sudahhhhh, jangan sedih lagi, ayo kita selsaikan kuenya, hari semakin sore neh!!!
Dalam lelep ibu di smpingku, aku melihat rasa lelah di wajahnya , rautnya semkin tua, tidurnya pun tak lagi senyenyak dulu. Kerja keras yang di lakukanya, begitu berat semenjak ayah tak lagi bersam kami, ku sentuh tangan ibu dan ku genggam. Begitu kasar, tak tga aku melihatnya, aku lelah seperti ini, ketakutan adik ku akan keadaan kami nantinya, membuat ku merasa gusar, dan mataku semakin tak bisa ku pejamkan, kalau saja ayah masih tetap bersama kami.pasti keadaan kami tak seperti ini. Dan ingatanku tentang sosoknya terbayang jelas di depan wajahku, bagai mana ayah selalu menmabacaka ayat- ayat suci di telingaku setiap menjelang tidur, dan selalu membawaku kesawah dengan hati riang dan menceritakan masa- masa kecilnya pada ku.bayak yang kami lakukan, sampai suatu kejadian yang merenggut ayahku, rumah kami yang terletak di atas bukit, mengalami kelongsoran karna hujan deras sepanjang hari, ibu ku membangunkan aku dan rati, dan dengan tergesa- gesa, ibu membungkus pakaina kami sekedarnya, tak ada rasa ketakutan di wajah ibuku, ia malah menceritakan akan mengajak kami berjalan- jalan, dengan rasa malas, aku bangkit dari perbaringan dan berjalan di belakang ibuku, . saat Rati berumur 1 tahun dia di gendong ibuku, dengan payung usang kami mulai melangkah di tengah gelap malam dan derasnya hujan. Ratih menangis, mungkin saat itu ia merasa kedinginan, atau kelaparan. Aku terseret- seret di oleh ibu ku,tak ku lihat ayah ku, ibu ku mulai tergesa- gesa saat orang- orang berteriak, dan suara itu tak jelas terdengar karna ujan semakin deras pada malam itu. Iu bernyayi tik- tik hujan turun, dan aku mulai mengikutinya bernyayi,  sangat indah moment itu, petir menyambar dan menghentikan langjkah kami, terdengar teriakan keras dari belakang kami, ibu semakin menambah langkahnya. Dan tanganku di tariknya melangkah, aku terseok- seok. Tak lama kami telah berada di lapangan luas yang telah di penuhi penduduk, ibu memberikan aku dan rati pada bibikku yang telah lama berada di sana, ibu ku berkata akan kembali sebentar, tubuhku kedingiinan, dan rati semakin keras menangis, aku terdiam terpaku, melihat ibu ku menghilang di kegelapan malam, saat itu aku benar- benar bingung dengan keadaan itu, aku mulai merebahkan tubuhku pada lantai beralaskan tikar tipis di lantai yang dinggin, badanku melingker melawan hawa dingin, dan mataku pun melulai terpejam dan tertidur nyenyak di nina bobokan suara tangisan adik ku, dalam tidurku aku melihat ayah, duduk di atas batu besar , aku mulai melangkah dengan tertatih- tatih, karna jalan yang ku lalui dipenuhi duri halus yang menusuk setiap telapak kakiku, tak kuasa lagi ku berjalan, aku menjerit dan berteriak memanggil ayah ku, tak ada respon dari ayah ku, aku menangis sekan keras karana sakit di kakiku, dan kurasakan semakin jauh ku lihat ayahku, aku memanggil nya agar tak jauh meninggalkan ku,  ayah tetap berjalan menjauh, dan sampai ayah beradi di depan cahaya berwarna jingga, ayah membalikan badanya dan melambaikanya. Aku terik dan menangis sekencang- kencangnya, sebelum membalikan badan ayah melemparkan sekuntum bunga mawar putih tepat di depanku, dan ketika ku raih, semuanya pemandangan berubah menjadi warna hijau, dan pepohonan tumbuh dengan rindang, dan bunga- bunga mulai bermekaran, burung- burung berterbangan menghampiriku, duri yang menempel di kaki ku menjadi sepatu yang yang indah, aku tersenyum , dan mengigat sebuah dongeng yang di cerikan ayah pada ku, tentang seorang putri dengan kebahagian di yang melimpah, hutan dan binatang sebagai teman dan 7 manusia kerdil sebagai keluarganya, kebahagiaan yang di rasakan, tiap harinya sang putri  bermain dan bernyayi dengan suka cita, aku berlari menuju ketengah hutan  dan merasakan indahnya alam yang baru saja ku masuki dan bunga- bunga indah yang indah terpentang di sepanjang pelupuk mataku. Ku dekati, dan ku sentuh, ingin rasanya kupetik agak ku dapat memberikan ke ibuku, ketika akan mematahkan tangkai yang di penuhi duri itu, tiba- tiba air mataku mengalir, seperti mengingat sesuatu. Tapi entah apa itu, aku bersi keras mengingatnya, ku pejamkan mata, dan ketika ku buka mataku, semuanya layu.. kelopak bunga yang indah berjatuhan, langit  yang cerah pun berubah menjadi kelabu, aku ketakutan,dingin menguasai keadaan, kepeluk tubuhku, semuanya seperti membeku. Sesosok bayangan mendekatiku, tak jelas raut wajahnya, segera ku pejamkan mataku, tapi dengan rasa penasaran aku ingin melihat dan menatap siapa yang mendekati, apa yang akan di lakukan padaku, ingin ku berlari menghindarinya, rasa  penasaranku tak dapat mengalahkan rasa ketakutanku, aku hanya terdiam menunggu apa yang akan ku lakukanya, bengan sisa keberanianku yang ada ku buka perlahan mataku, kelopak mataku begitu berat, nafasku mulai terasa berat,aku seperti kehabisan udara, ingin  teriak sekeras- kerasnya, suaraku seperti tertahan sesuatu, tak tahan lagi, aku menangis sejadi- jadinya tanpa suara, aku meronta, tak ada lagi yang bisa ku lakukan, dan tubuhku ku gerakan kesana- kemari  untuk mengusir siapa saja bayangan itu. kini ketakutan benar- benar menguasaiku, cukup lama ku lakukan itu sampai aku mulai merasakan lelah, dan tenagaku mulai terkuras, dadaku semakin sesak, hanya dengan tangisan ku hadapi keadaan yang. Sampai akhitnya ku rebahkan tubuhku, tanganku kesana- kemari agar menemukan sesuatu yang dapat mengusir sosok itu, lama mencari, sambil merangkak, perlahan aku menemukan sesuatu  tepat di sebelah kepalaku, kusentuh benda itu, dan kusarakan kelembutan setip sentuhanku, dan hatiku tiba- tiba mulai berubah menjadi damai, perasaan ketakutan, kini mulai menghilang, kudekap benda itu danlam pelukanku, suhu dingin yang tadi mendera seluruh tubuhku menjadi hangat . nafasku mulai teratur kembali, tak ada rasa ingin tahuku apa yang ku sentuh, dan ku peluk itu. Perasaanku begitu damai, kubuka mataku yang sejak tadi tertutup. Dengan perlahan- lahan. Ku melihat sosok dengan daster lusuh, rambutnya panjang terurai, kulitnya putih, ia tersenyam  dalam tidurnya,entah, apa yang sedang di impikannya,  kurapatkan tubuhku, kupeluk sosok itu, dan ia pun memeluk ku dengan sengat lembut, memalingkan wajahnya kearahku, memberikan senyumannya kepadaku. Ibu.... sapaku lembut. Ia semakin mendekapku semakin erah, itu membuatku nyaman dalam dekapannya, dialah sosok yang begitu ku selalu ada untuk kami,  walau harus mengorbankan kehidupannya.
Mata ku tak lagi dapat kupejamkan. Jiwaku seperti melayang entah kemana, tak ada lagi yang dapat aku rasakan,  semenjak mimpi- mimpi itu menghampiriku. Apa yang akan terjadi?, apa itu sebuah pertanda,atau hanpungya sebuah inspisari untuk kehidupanku esok. Entah lah, aku membangunkan tubuh ku, dan menuju ruang makan dan menyaksikan progarm tv yang telah berulang kali di putar ulang, tentang kekonyolan orang barat yang di di kerjai dengan jebakan- jebakan yang membuat mereka terpingkal- pingkat ketika mengtahui ada kamera yang merekam mereka. dan tak terasa mataku semakin lelah dan tertidurrrr. 
the end
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar